Challenge #1 / Autobiografi
“Tanpa spasi”, itulah yang selalu kuucapkan setiap kali
melakukan registrasi atau pendaftaran apapun termasuk ke petugas dinas
kependudukan, karena mereka selalu saja memisahkan namaku saat menulisnya
menjadi Sri Yanti.
Dan sekarang…. sudah mulai berkurang rasa geram
itu… aku sudah mulai merelakan hati ini saat melihat orang lain menuliskan
namaku menggunakan spasi. Biasa dipanggil Yanti. Ada juga yang
memanggilku dengan panggilan mama ranacha, karena aku adalah mama dari
ketiga puteriku yang dipanggil Rara, Nana & Chacha. Ranacha adalah
singkatan dari panggilan nama mereka.
Lahir di Tasikmalaya, bertepatan
dengan wafatnya nenekku, yaitu tangggal 27 di bulan Nopember tahun 1976. Aku
anak ke-6 dari 8 bersaudara yang hanya mempunyai 1 orang kakak laki-laki,
karena sisanya adalah perempuan.
Kedua orang tuaku telah meninggal
sebelum aku menikah. Papa meninggal sebelum Mama. Dan kini hanya bisa disapa
melalui lantunan ayat suci Al-Qur’an dan do’a-do’a yang kupanjatkan kehadirat
Illahi Robby agar selalu menerangi dan melapangkan kuburnya serta menempatkan
mereka bersama Rasulullah dan orang-orang shaleh di syurga-Nya.
Saat ini Aku tinggal di salah satu pulau industri yang terkenal di Nusantara,
Batam, provinsi Kepulauan Riau. Menjadi seorang istri dari seorang lelaki
sholeh dan penyabar dari Pekan baru bernama Zulfaini, adalah sebuah
anugerah terindah dari Yang Maha Kuasa. Terlebih lagi setelah dikaruniai buat
hati oleh sang Khoirur Raziqin yaitu tiga gadis sholeha, pintar dan
cantik-cantik, yang sekarang selalu mewarnai rumah tangga kami.
Selain sebagai ibu rumah tangga,
aku mendapatkan amanah sebagai pengajar di salah satu SMA swasta di Batam. Berbekal
hobiku bermain komputer, aku sangat menyukai tugas tambahanku di sekolah
sebagai pembina IT-Club, mendampingi anak-anak yang juga menyukai komputer.
Dengan demikian kita bisa sama-sama belajar mengembangkan pengetahuan tentang
komputer dan aplikasinya.
Aku dibesarkan di berbagai daerah, masa sekolah dasar saja aku
gonta-ganti sekolah mulai dari Jawa Barat hingga ke Jawa Tengah dan kembali
lagi ke Jawa Barat. Sekolah menengah pertamaku di perbatasan antara Jawa Barat
dan Jakarta Timur, kota Bekasi namanya. Hingga sekolah menengah atasku pun
sampai dua kali pindah, awal masa SMA kumulai di kota Cikampek dan kutamatkan
masa SMA di kota kelahiranku, Tasikmalaya.
Teringat masa kecilku dulu,
kelas.III SD, aku dibawa kakakku sekolah di Jawa Tengah, kota Ambarawa. Karena
keseharianku terbiasa berbahasa sunda dan disitu berbahasa jawa,
otomatis aku harus berbaur dengan teman-teman baruku dengan mencoba belajar
bahasa jawa. Merasa diterima sebagai teman mereka, akupun antusias saat
mereka mengajariku bahasa jawa sekaligus logatnya, tanpa
konfirmasi, langsung aku praktikkan. Saat diminta memperkenalkan diri di depan
kelas, dengan sangat percaya diri, aku berbicara, “Assalaamu’alaikum, kulo
Yanti pan jenengan wedhus mambu sedoyo”. Sontak semua tertawa
terpingkal-pingkal termasuk guruku, dan aku… bengong… diam… terpaku… malu. Tak
tahu apa yang terjadi. Hingga guruku mengartikan apa yang kuucapkan… ternyata
yang kukira artinya, “Assalaamu’alaikum, saya Yanti, senang bertemu dengan kalian
semua”…. Itu sebenernya adalah, “Assalaamu’alaikum, saya Yanti dan
kalian kambing semuanya bau,” bisa dibayangkan malu… semalu-
malunya… itulah sepenggal episode masa kecilku yang tak terlupakan.
Mungkin karena sejak kecil aku
terbiasa berpindah tempat, hingga sekarang pun aku masih di rantau. Jauh dari kampung
halamanku yang bahkan tidak bisa pulang kampung setiap tahun, mengingat biaya
transportasi yang makin melambung dan makin ramai anggota keluarga kami, makin
susah pulang kampung. Hingga kuputuskan untuk tetap bersama suamiku meskipun
kami akan selamanya diperantauan. Pepatah mengatakan, “Merantau bukanlah
perkara sederhana. Jauh dari orang tua adalah hal yang sangat menyiksa. Namun
berbahagialah mereka yang merantau, semakin jauh dari orang tua, hati mereka
justru semakin dekat di sisinya”. Begitulah, meskipun diperantauan kita tak
perlu risau, karena meskipun kita jauh di mata namun selalu dekat di hati.
Batam, 10 Oktober 2018
*si anak rantau
#alineaku #kmooktober
0 comments:
Posting Komentar