Penulis: Sriyanti/Batam
Sebagai keluarga, tentu kita selalu ingin berkumpul di
setiap keadaan. Bahkan ada pepatah populer mengatakan, “Makan tak makan asal
kumpul”. Dengan teman saja kita ingin selalu berkumpul, apalagi dengan
keluarga. Begitu pun saat kita sedang bertugas ke luar kota, kita selalu
merindukan keluarga kita. Rasanya ingin cepat-cepat selesai tugas dan kembali
berkumpul bersama keluarga. Bukankah demikian? Tentu saja, cita-cita setiap
insan di dunia ini, ingin masuk Surga. Dan masuk Surganya bersama dengan
keluarga, berkumpul dengan Rasulullah ﷺ .
Nah, bagaimana caranya, agar kita bisa masuk Surga sekeluarga?
Lakukan beberapa langkah berikut ini:
1. Sampaikan keinginan kita kepada seluruh anggota keluarga, bahwa
cita-cita tertinggi kita adalah masuk Surga sekeluarga;
Katakan kepada mereka, bahwa kita tidak ingin ada satu
pun anggota keluarga kita yang tidak masuk Surga, sehingga bukan hanya
berkumpul di dunia saja, tetapi berkumpul juga di akhirat. Dan tempat
berkumpulnya keluarga kita di akhirat itu, targetnya adalah Surga.
2. Mintalah mereka untuk bekerja sama dalam mewujudkan cita-cita tertinggi
kita;
Dalam mengerjakan sesuatu, akan terasa lebih mudah
jika dilakukan bergotong royong dari pada dilakukan sendiri, oleh karena itu
katakan kepada mereka bahwa kita harus saling membantu mewujudkan target
akhirat kita, yaitu Surga. Tidak mungkin target yang sebesar itu, hanya dilakukan
oleh satu atau beberapa orang saja.
3. Setiap anggota keluarga tidak boleh ada yang egois;
Artinya masing-masing anggota harus saling
mengingatkan, bahwa kita adalah satu dan terhubung. Jadi, jika ada salah satu
anggota keluarga kita melakukan hal-hal yang menjauhkan kita ke Surga, maka
kita tidak boleh membiarkannya. Kita harus saling bantu, karena anggota
keluarga itu bisa diibaratkan seperti anggota tubuh. Jika ada satu anggota
tubuh yang sakit, maka anggota tubuh yang lainnya akan ikut merasakan sakitnya.
Dengan demikian, anggota tubuh yang lainnya akan merespon dengan menolak atau
mengingatkan kita, jika ada indikasi akan terasa sakit lagi.
4. Jangan bosan berdakwah dalam keluarga untuk mengingatkan mereka agar
konsisten melakukan amalan-amalan yang akan membawa kita menuju Surga;
Jika ada anggota keluarga yang melakukan hal-hal yang
akan menjauhkan kita dari Surga, itu berarti mereka sedang lupa tentang target
akhirat kita, untuk itu jangan pernah merasa bosan untuk mengingatkannya.
Seperti kita berdakwah di masayarakat, seperti itulah dakwah kita untuk
keluarga kita. Karena semakin sering diingatkan akan semakin melekat pada pola
pikir kita, dan itu akan menjadi sebuah sugesti untuk anggota keluarga kita.
Dengan demikian, kita akan selalu mengingat target akhirat kita.
5. Jangan pernah putus asa;
Dalam mengerjakan sesuatu, kita harus tetap semangat
untuk mencapai titik yang sudah kita tentukan. Jika suatu saat kita sedang
dalam kondisi lelah, maka beristirahatlah, kemudian ingatlah kembali cita-cita
kita, target akhirat kita, yaitu Surga. Semoga itu menjadi pembangkit semangat
lagi.
6. Berdo’a;
Ingatlah selalu akan kekuatan sebuah do’a. Ingatlah
bahwa Allah selalu mengabulkan do’a-do’a hamba-Nya. Oleh karena itu, jangan
pernah putus atau berhenti untuk memanjatkan do’a di setiap waktu, karena kita
tidak pernah tahu, do’a yang mana yang akan diijabah oleh Allah.
7. Berikhtiar;
Selain kita memanjatkan do’a, jangan lupa untuk
berikhtiar. Karena percuma saja seandainya kita hanya mempunyai cita-cita, tapi
kita tidak bergerak untuk memulai melakukannya. Dan jangan pernah menunda untuk
memulai usaha kita dalam mencapai target kita, karena do’a tanpa usaha adalah sia-sia.
8. Bersungguh-sungguh;
Karena target akhirat kita adalah sesuatu hal yang
paling besar, maka melakukannya harus bersungguh-sungguh. Tidak ada waktu untuk
main-main, apalagi menyepelekan hal-hal yang akan membawa kita ke Surga. Allah
Maha Melihat, Allah akan melihat kesungguhan dalam ketaatan kita. Insya Allah
do’a dan ikhtiar kita tidak sia-sia.
9. Jadikan rumahku Surgaku.
Fungsikan rumah sebagai masjid, dengan menghidupkan
kegiatan amal ibadah seperti yang dilakukan di masjid. Kemudian, fungsikan
rumah sebagai madrasah, tempat berlangsungnya pendidikan (akidah/keimanan,
ibadah, karakter/akhlak, dan akademik). Selain itu fungsikan rumah sebagai
tempat kembali, dimana anggota keluarga betah di rumah dan merasa nyaman pulang
ke rumah. Dan fungsikan rumah sebagai benteng pertahanan, dengan menjaga
keutuhan keluarga dan jadikan satu-satunya tempat anggota keluarga mencurahkan
isi hati, jangan sampai anggota keluarga curhat ke orang lain karena tidak
percaya kepada keluarganya sendiri.
Memang tidak mudah melaksanakannya, karena ini hal yang sangat besar. Tapi Allah Maha berkehendak, tak ada yang mustahil bagi-Nya. Semoga dengan melakukan hal-hal di atas, kita dimudahkan Allah untuk
masuk Surga-Nya bahkan masuk Surga sekeluarga. Aamiin yaa Robbal ‘alamin
Surga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surga = jannah
adalah alam akhirat tempat jiwa (roh) manusia mengenyam kebahagiaan sebagai
pahala perbuatan baiknya semasa hidup di dunia.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d ayat 35, yang berbunyi:
مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ تَجۡرِي مِن
تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ أُكُلُهَا دَآئِمٞ وَظِلُّهَاۚ تِلۡكَ عُقۡبَى ٱلَّذِينَ
ٱتَّقَواْۚ وَّعُقۡبَى ٱلۡكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ
Artinya: “Perumpamaan Surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang
bertakwa (ialah seperti taman); mengalir di bawahnya sungai-sungai; senantiasa
berbuah tak henti-henti dan teduh. Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang
yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang ingkar kepada Tuhan
ialah Neraka.” (QS.13:35)
Ayat tersebut menjelaskan tentang sebuah tempat yang sangat indah, yang
di bawahnya mengalir sungai-sungai, buah-buahan yang tak pernah berhenti
berbuah. Tempat itu bernama Surga, yaitu tempat kembalinya orang-orang yang
bertakwa kepada Allah saat mereka hidup di dunia. Wallahu a’lam bish-showab
Lalu, apakah takwa itu? Bagaimanakah seseorang itu bisa dikategorikan
sebagai orang bertakwa?
Takwa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, takwa adalah terpeliharanya diri
untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 177, yang
berbunyi:
لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ
وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ
وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلۡكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۧنَ وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ
حُبِّهِۦ ذَوِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ
وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِي ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ
وَٱلۡمُوفُونَ بِعَهۡدِهِمۡ إِذَا عَٰهَدُواْۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِي ٱلۡبَأۡسَآءِ
وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلۡبَأۡسِۗ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْۖ
وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ
Yang artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
(QS. 2:177)
Dalam ayat tersebut digambarkan bagaimana seseorang itu dikategorikan
sebagai orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, nabi-nabi, memberikan sebagian hartanya karea
Allah, shalat, zakat, menepati janji, bersabar dalam segala kondisi termasuk
dalam peperangan. Wallahu a’lam
bish-showab
Ajakan ke Surga
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 221, yang
berbunyi:
وَلَا تَنكِحُواْ ٱلۡمُشۡرِكَٰتِ حَتَّىٰ يُؤۡمِنَّۚ وَلَأَمَةٞ
مُّؤۡمِنَةٌ خَيۡرٞ مِّن مُّشۡرِكَةٖ وَلَوۡ أَعۡجَبَتۡكُمۡۗ وَلَا تُنكِحُواْ
ٱلۡمُشۡرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤۡمِنُواْۚ وَلَعَبۡدٞ مُّؤۡمِنٌ خَيۡرٞ مِّن مُّشۡرِكٖ
وَلَوۡ أَعۡجَبَكُمۡۗ أُوْلَٰٓئِكَ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلنَّارِۖ وَٱللَّهُ
يَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱلۡجَنَّةِ وَٱلۡمَغۡفِرَةِ بِإِذۡنِهِۦۖ …
Yang artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik,
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke Neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan
ampunan dengan izin-Nya…” (QS. 2:221)
Dalam cuplikan ayat tersebut sangat jelas disampaikan bahwa Allah
melarang kita menikahi maupun menikahkan orang-orang musyrik, karena mereka
akan mengajak kita ke Neraka, sedangkan Allah mengajak kita ke Surga, maka kita
hanya tinggal memenuhi ajakan-Nya, tentu saja atas izin-Nya. Wallahu a’lam bish-showab
Bahkan Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Yunus ayat 25, yang
berbunyi:
وَٱللَّهُ يَدۡعُوٓاْ إِلَىٰ دَارِ ٱلسَّلَٰمِ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُ
إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ
Yang artinya: “Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (Surga), dan
menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).”
Dalam ayat tersebut, selain menyeru manusia untuk ke Surga-Nya, Allah
juga menunjukkan bagaimana kita masuk ke Surga, yaitu jalan yang lurus,
jalannya Islam. Wallahu a’lam bish-showab
Dalam ayat lain, Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah At-Tahrim ayat 6,
yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ
نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ
شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا
يُؤۡمَرُونَ
Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.” (QS. 66:6)
Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kita untuk menjaga kita beserta
keluarga kita dari api Neraka, sekaligus memerintahkan kita supaya tidak
mendurhakai Allah dan menaati perintah-Nya. Wallahu
a’lam bish-showab
Amalan-amalan yang dapat mengantarkan kita ke Surga
Dalam cuplikan hadis Arba’in An-Nawawiyah, Hadis ke-29
halaman 49, yang berbunyi:
“Dari Mu’adz bin Jabal r.a. berkata, “Aku pernah berkata, “Wahai
Rasulullah, beritahukan kepadaku amal yang akan memasukkanku ke dalam Surga dan
menjauhkanku dari Neraka” Beliau (Nabi) bersabda, “Engkau bertanya sesuatu yang
besar, namun itu menjadi mudah bagi siapa saja yang dimudahkan oleh Allah c. Engkau harus menyembah Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa
Ramadhan, dan haji ke Baitullah.” (HR. Tirmizi)
Pesan yang disampaikan dalam hadis terebut adalah tentang amalan yang
dapat mengantarkan kita ke Surga dan menjauhkan kita dari Neraka.
Amalan-amalan tersebut adalah:
1. Menyembah Allah c;
Sebagai mahluk ciptaan-Nya, sudah menjadi kewajiban
kita menyembah Sang Maha Pencipta. Selain sebagai wujud rasa syukur kita
kepada-Nya atas segala karunia dan berkah hidup kita, juga sebagai wujud
kepatuhan kita sebagai mahluk-Nya.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-‘Imran ayat
18, yang berbunyi:
…لَآ إِلَٰهَ
إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
Yang artinya: “… Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. 3:18)
2. Tidak boleh menyekutukan Allah c dengan apapun;
Karena Allah adalah dzat Yang Maha Esa,
maka tidak ada hal lain kecuali Allah. Bahkan saat pertama kita menyatakan diri
sebagai orang Islam, hal pertama kali kita lakukan adalah bersyahadat, yang
berbunyi:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Yang artinya: “Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan/Rabb/sesembahan selain Allah c dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah rasul/utusan Allah”
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Muhammad ayat 19,
yang berbunyi:
فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ
لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ …
Yang artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya
tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi
dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan…” (QS. 47:19)
3. Mendirikan shalat
Shalat merupakan kebutuhan kita sebagai hamba Allah
yang beriman. Dengan shalat, kita dapat membersihkan jiwa dan menjadikan kita
seagai hamba yang layak bermunajat kepada Allah saat di dunia dan berada dekat
dengan Allah di akhirat kelak.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-‘Ankabut
ayat 45, yang berbunyi:
…إِنَّ
ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ
أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
Yang artinya: “… Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. 29:45)
4. Membayar zakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, zakat adalah
jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan
diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin, dsb) menurut
ketentuan yang telah ditetapkan oleh syarak.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat
12, yang berbunyi:
…إِنِّي
مَعَكُمۡۖ لَئِنۡ أَقَمۡتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَيۡتُمُ ٱلزَّكَوٰةَ وَءَامَنتُم
بِرُسُلِي وَعَزَّرۡتُمُوهُمۡ وَأَقۡرَضۡتُمُ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنٗا
لَّأُكَفِّرَنَّ عَنكُمۡ سَئَِّاتِكُمۡ وَلَأُدۡخِلَنَّكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي
مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۚ...
Yang artinya: “… Sesungguhnya Aku beserta kamu,
sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman
kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan
sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam Surga yang mengalir air didalamnya
sungai-sungai...” (QS. 5:12)
5. Puasa Ramadhan
Puasa, secara bahasa berarti menahan. Dalam buku Minhajul
Muslim, Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri, menyampaikan bahwa puasa secara syar’i
berarti menahan makan, minum, berhubungan intim dan seluruh hal yang dapat
membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dengan
niatnya ibadah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat
183, yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.” (QS. 2:183)
6. Haji ke Baitullah
Ibadah haji merupakan ibadah yg harus dilakukan oleh
umat Islam yang mampu dengan mengunjungi Ka’bah di kota suci bernama Mekah pada
bulan Haji (Dzulhijjah)
Allah berfirman dalam Al-Qur’n Surah Al-‘Imran ayat
97, yang berbunyi:
فِيهِ ءَايَٰتُۢ بَيِّنَٰتٞ مَّقَامُ إِبۡرَٰهِيمَۖ وَمَن دَخَلَهُۥ
كَانَ ءَامِنٗاۗ وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلۡبَيۡتِ مَنِ ٱسۡتَطَاعَ
إِلَيۡهِ سَبِيلٗاۚ …
Yang artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang
nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu)
menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah...” (QS.
3:97)
Itulah beberapa
amalan-amalan yang insya Allah akan mengantarkan kita ke Surga, semoga Allah
meridhoi apa-apa yang telah kita lakukan selama hidup kita di dunia. Dan kita
berharap semoga dengan melakukan amalan-amalan tersebut, Allah memasukkan kita
ke dalam golongan orang-orang bertakwa, sehingga mendapatkan hadiah tertinggi dari-Nya
berupa Surga sebagai tujuan akhir dari hidup kita. Aamiin yaa Robbal ‘alamiin...
Daftar pustaka:
Ust. H. Muhammad Saifudin, Lc., M.Ag. 2010.
Al-Qur’anul karim (Syamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir per Kata). Jakarta: Sygma
Publishing.
Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri. 2009. Minhajul
Muslim. Surakarta: Insan kamil.
Imam An-Nawawi. 2017. Terjemah Hadis Arba’in
An-Nawawiyah. Jakarta Timur: Sholahuddin Press.