Senin, Mei 08, 2017

Paradox of candy

 Related image
Bismillah.
Dalam satu saat, kita diminta milih 1 dari 2 permen yang ada.
permen ke-1 gak pake bungkusnyak
permen ke-2 masih dibungkus utuh
permen mana yang dipilih?

kebanyakan dari kita tentu milih permen ke-2, yang masih utuh dibungkusnya.

Kenapa kita lebih suka memilih permen yang pake bungkus?
karena dalam hati dan pikiran kita, permen yg masuh dibungkus, itu masih bersih dan lebih baik tentunya dari pada permen yang sdh tergeletak tak dibungkus. betul?

Padahal, pada saat kita mo makan itu permen ke-2, kita buka bungkusnya, kita makan isinya. Dan bungkusnya, tentu kita buang.
Bungkus itu kita butuhkan saat kita terima permennya. Pas kita makan permennya, bungkusnya kita gak pake, kita buang.

nah, itulah paradox of candy.
bagaimana kita memperlakukan sebuah permen.
Permen sama dengan rezeki.
Ustadz Nasrulloh mengatakan, "Rezeki tidak mungkin datang tanpa bungkusnya"
Bungkusnya apa?
Ujian, masalah, musibah, dan hal-hal lainnya yang kita gak suka, yang kita gak pake.
Nah, kalo kita menolak bungkusnya, itu berarti kita menolak rezeki.
Artinya, kalo kit a mau menerima rezekinya, maka kita harus juga terima bungkusnya.
Terima musibahnya, terima ujiannya, terima masalahnya... dengan hati yang lapang dan riang gembira, jangan berlarut-larut dengan bungkusnya itu tadi. 
Bungkusnya kita gak pake, gak butuh, buang aja dengan ikhlas.
Kita hanya perlu isinya, permennya, rezekinya.

Demikian sedikit catatan dari pencerahan ustadz Nasrulloh.
Semoga bermanfaat.
Mohon maaf jika kurang berkenan.

Wassalam.




d'most fav web

Copyright @ 2013 yanti.