Minggu, Oktober 14, 2018

Si Anak Rantau / Penulis: Sriyanti


Challenge #1 / Autobiografi

 
Sriyanti, itulah namaku. 
“Tanpa spasi”, itulah yang selalu kuucapkan setiap kali melakukan registrasi atau pendaftaran apapun termasuk ke petugas dinas kependudukan, karena mereka selalu saja memisahkan namaku saat menulisnya menjadi Sri Yanti
Dan sekarang…. sudah mulai berkurang rasa geram itu… aku sudah mulai merelakan hati ini saat melihat orang lain menuliskan namaku menggunakan spasi. Biasa dipanggil Yanti. Ada juga yang memanggilku dengan panggilan mama ranacha, karena aku adalah mama dari ketiga puteriku yang dipanggil Rara, Nana & Chacha. Ranacha adalah singkatan dari panggilan nama mereka.

Lahir di Tasikmalaya, bertepatan dengan wafatnya nenekku, yaitu tangggal 27 di bulan Nopember tahun 1976. Aku anak ke-6 dari 8 bersaudara yang hanya mempunyai 1 orang kakak laki-laki, karena sisanya adalah perempuan.
Kedua orang tuaku telah meninggal sebelum aku menikah. Papa meninggal sebelum Mama. Dan kini hanya bisa disapa melalui lantunan ayat suci Al-Qur’an dan do’a-do’a yang kupanjatkan kehadirat Illahi Robby agar selalu menerangi dan melapangkan kuburnya serta menempatkan mereka bersama Rasulullah dan orang-orang shaleh di syurga-Nya.

Saat ini Aku tinggal di salah satu pulau industri yang terkenal di Nusantara, Batam, provinsi Kepulauan Riau. Menjadi seorang istri dari seorang lelaki sholeh dan penyabar dari Pekan baru bernama Zulfaini, adalah sebuah anugerah terindah dari Yang Maha Kuasa. Terlebih lagi setelah dikaruniai buat hati oleh sang Khoirur Raziqin yaitu tiga gadis sholeha, pintar dan cantik-cantik, yang sekarang selalu mewarnai rumah tangga kami.

Selain sebagai ibu rumah tangga, aku mendapatkan amanah sebagai pengajar di salah satu SMA swasta di Batam. Berbekal hobiku bermain komputer, aku sangat menyukai tugas tambahanku di sekolah sebagai pembina IT-Club, mendampingi anak-anak yang juga menyukai komputer. Dengan demikian kita bisa sama-sama belajar mengembangkan pengetahuan tentang komputer dan aplikasinya.
 
Aku dibesarkan di berbagai daerah, masa sekolah dasar saja aku gonta-ganti sekolah mulai dari Jawa Barat hingga ke Jawa Tengah dan kembali lagi ke Jawa Barat. Sekolah menengah pertamaku di perbatasan antara Jawa Barat dan Jakarta Timur, kota Bekasi namanya. Hingga sekolah menengah atasku pun sampai dua kali pindah, awal masa SMA kumulai di kota Cikampek dan kutamatkan masa SMA di kota kelahiranku, Tasikmalaya.

Teringat masa kecilku dulu, kelas.III SD, aku dibawa kakakku sekolah di Jawa Tengah, kota Ambarawa. Karena keseharianku terbiasa berbahasa sunda dan disitu berbahasa jawa, otomatis aku harus berbaur dengan teman-teman baruku dengan mencoba belajar bahasa jawa. Merasa diterima sebagai teman mereka, akupun antusias saat mereka mengajariku bahasa jawa sekaligus logatnya, tanpa konfirmasi, langsung aku praktikkan. Saat diminta memperkenalkan diri di depan kelas, dengan sangat percaya diri, aku berbicara, “Assalaamu’alaikum, kulo Yanti pan jenengan wedhus mambu sedoyo”. Sontak semua tertawa terpingkal-pingkal termasuk guruku, dan aku… bengong… diam… terpaku… malu. Tak tahu apa yang terjadi. Hingga guruku mengartikan apa yang kuucapkan… ternyata yang kukira artinya, “Assalaamu’alaikum, saya Yanti, senang bertemu dengan kalian semua”…. Itu sebenernya adalah, “Assalaamu’alaikum, saya Yanti dan kalian kambing semuanya bau,” bisa dibayangkan malu… semalu- malunya… itulah sepenggal episode masa kecilku yang tak terlupakan.

Mungkin karena sejak kecil aku terbiasa berpindah tempat, hingga sekarang pun aku masih di rantau. Jauh dari kampung halamanku yang bahkan tidak bisa pulang kampung setiap tahun, mengingat biaya transportasi yang makin melambung dan makin ramai anggota keluarga kami, makin susah pulang kampung. Hingga kuputuskan untuk tetap bersama suamiku meskipun kami akan selamanya diperantauan. Pepatah mengatakan, “Merantau bukanlah perkara sederhana. Jauh dari orang tua adalah hal yang sangat menyiksa. Namun berbahagialah mereka yang merantau, semakin jauh dari orang tua, hati mereka justru semakin dekat di sisinya”. Begitulah, meskipun diperantauan kita tak perlu risau, karena meskipun kita jauh di mata namun selalu dekat di hati.

Batam, 10 Oktober 2018
*si anak rantau
#alineaku #kmooktober

0 comments:

d'most fav web

Copyright @ 2013 yanti.